Rahasia-Ekspor-Tanpa-Rugi-dengan-Modal-Minim

Rahasia Ekspor Tanpa Rugi dengan Modal Minim

Ekspor adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Namun, banyak perusahaan yang menganggap ekspor sebagai hal yang sulit dan membutuhkan modal yang besar. 

Dibalik semua itu, ada beberapa strategi pembiayaan ekspor yang kerap dilakukan oleh para pebisnis untuk memudahkan proses transaksi pengiriman barang.  

Pertama-tama, mari kita membahas jenis pembiayaan yang perlu dilakukan sebelum pengiriman barang. Sebelum membahas strategi, penting untuk mengetahui terlebih dahulu jenis pembiayaan berikut untuk meminimalisir resiko terkait biaya.

Pre-Shipment Financing

pre-shipment-financing

Pre-shipment financing adalah jenis-jenis biaya yang dikeluarkan sebelum melakukan kegiatan ekspor. Tahap ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dalam produksi, termasuk pembelian bahan baku. Tahap ini terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:

  1. Pembiayaan kebutuhan impor.

Import for export purpose atau impor untuk tujuan ekspor adalah kegiatan impor yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memproduksi barang yang akan diekspor ke luar negeri. Dalam kegiatan ini, barang yang diimpor tidak akan dijual di pasar domestik, melainkan akan diolah atau dimanufaktur menjadi produk yang siap untuk diekspor. 

Contohnya adalah sebuah perusahaan yang ingin memproduksi tas yang akan diekspor ke Amerika Serikat, dapat melakukan impor kain dan aksesoris tas dari China atau India. Bahan-bahan tersebut akan diolah menjadi tas yang siap diekspor ke luar negeri. 

Kegiatan import for export purpose dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan daya saingnya di pasar global, karena dengan menggunakan bahan baku atau komponen yang berkualitas dan berharga murah, perusahaan dapat menghasilkan produk yang lebih kompetitif dan memiliki harga jual yang lebih rendah.

  1. Kebutuhan modal kerja transaksional

Kebutuhan modal kerja transaksional dalam konteks logistik adalah dana yang dibutuhkan untuk membiayai operasional logistik perusahaan seperti pembelian bahan baku, pengiriman barang, pembayaran biaya transportasi, biaya pergudangan, biaya pengepakan, biaya administrasi, dan lain-lain. 

Modal kerja transaksional juga mencakup biaya-biaya yang timbul selama proses pengangkutan barang, termasuk biaya asuransi, bea dan pajak, dan biaya lain yang terkait dengan perizinan.

Perusahaan yang memiliki strategi pengelolaan modal kerja transaksional yang baik akan dapat mengoptimalkan operasional logistiknya, mengurangi risiko kekurangan dana dalam membiayai operasional logistik, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengiriman barang. 

  1. Kebutuhan modal kerja non-transaksional

Biaya yang termasuk di sini adalah dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak berkaitan langsung dengan transaksi logistik, seperti pengelolaan persediaan barang, pembayaran gaji dan tunjangan karyawan, dan pembayaran tagihan rutin lainnya. 

Modal kerja non transaksional juga mencakup biaya-biaya yang timbul pada tahap awal produksi, seperti biaya riset dan pengembangan, biaya pemasaran, dan biaya administrasi

Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan kebutuhan modal kerja non transaksional dalam pengelolaan logistiknya agar dapat menjaga kelangsungan operasional perusahaan secara keseluruhan.